Seminar Nasional Telekomunikasi dan Informatika SELISIK 2018

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia seperti halnya revolusi industri generasi pertama saat tenaga manusia dan hewan digantikan oleh mesin. Salah satunya adalah munculnya mesin uap pada abad ke-18. Kini, kita telah melompat jauh sehingga berada pada industri generasi keempat, yang lebih dikenal dengan Revolusi Industri 4.0.

Revolusi industri 4.0 pertama kali disampaikan oleh Klaus Schwab seorang warga negara Jerman.  Konsep ini ditandai dengan teknologi fisik dan digital yang digabungkan melalui analitik, kecerdasan buatan, teknologi kognitif dan Internet of Things (IoT). Sejalan dengan langkah pemerintah melalui kementrian perindustrian yang telah merancang Making Idonesia 4.0 sebagai sebuah roadmap (peta jalan) yang terintegrasi untuk mengimplemetasikan sejumlah strategi memasuki era industri 4.0, Sekolah Tinggi Teknologi Bandung (STTB) menggelar seminar yang bertajuk "Seminar Nasional Telekomunikasi dan Informatika 2018 (SELISIK 2018).

SELISIK merupakan agenda tahunan, STT Bandung mendapatkan kehormatan sebagai penyelenggara SELISIK 2018.  Dengan bertemakan "Menyiapkan SDM untuk menghadapi Industri 4.0", seminar diselenggarakan pada tanggal 1 September 2018 bertempat di Harris Convention Festival Citylink Bandung. Menghadirkan dua orang keynote speaker, yaitu Ir. Priyantono Rudito, M. Bus., Ph. D (Direktur Eksekutif Co-Branding Wonderful Indonesia Kementrian Pariwisata) dan Prof. Dr. M. Suyanto, M.M. (Rektor Universitas Amikom Yogyakarta).

Ibu Harya Gusdevi, S. Kom, M. Kom selaku ketua panitia SELISIK 2018, dalam laporannya menyampaikan bahwa Seminar Nasional Telekomunikasi dan Informatika merupakan media bagi para praktisi dan akademisi untuk saling berbagi ide dan pengalaman baru mengenai disiplin ilmu di bidang informatika dan telekomunikasi.  Seminar ini merupakan kerjasama antara Sekolah Tinggi Teknologi Bandung (STT Bandung), Asosiasi Perguruan Tinggi Ilmu Komputer (APTIKOM) Jawa Barat, Indonesian Computer Elektronics and Instrumentation Support Society (IndoCEISS) dan NERIS.  Selanjutnya, Bapak Muchammad Naseer, S. Kom, M.T., sebagai Ketua STT Bandung  dalam sambutannya menyampaikan bahwa untuk mengejar ketertinggalan Indonesia dalam hal literasi, ilmu pengetahuan dan kemampuan daya saing inovasi serta tingkat kesiapan teknologi  (berdasarkan riset Bank Dunia), diperlukan kolaborasi antara akademisi, bisnis, industri, pemerintah dan kognitif masyarakat. 

Dalam rangkaian acara pembukaan tersebut, mewakili APTIKOM, Bapak Yusuf Arifin S. Si., M.M menyampaikan harapannya, seminar ini dapat memberikan arahan yang tepat bagi peningkatan sumber daya manusia agar dapat mengoptimalkan segala upaya serta meminimalisir pengaruh negatif dari teknologi.  Kegiatan pembukaan seminar diakhiri dengan penandatanganan MoU IndoCEISS dan NERIS dengan Perguruan Tinggi yang tergabung dengan IndoCEISS dan NERIS, yaitu STIKOM Bali, STMIK AMIKOM Purwokerto, AMIKOM Cipta Darma Surakarta, STMIK Atma Luhur Pangkal Pinang, STIKOM Banyuwagi, STMIK Bumigora Mataram-NTB, STMIK PalComTech, Polkiteknik PalComTech, MIKROSKIL dan STT Bandung sebagai wujud kerjasama dan penyerahan cinderamata.

Penandatanganan MoU

Sebelum memasuki kegiatan utama, yaitu pemaparan oleh keynote speaker, panitia mengumumkan hasil kompetisi antara mahasiswa se-Indonesia. Ada tiga kategori lomba yaitu lomba produk mobile APP, lomba Animasi dan game.

Para pemenang lomba produk kategori Game

Para pemenang lomba produk kategori Mobile APP

Para pemenang lomba produk kategori Animasi
Bapak Ir. Priyantono Rudito, M. Bus., Ph. D., sebagai keynote speaker pertama mengajak peserta untuk bersama-sama memahami revolusi industri 4.0. Bahwa era digital lebih cepat terjadinya dari yang diperkirakan.  Direktur Eksekutif Co-Branding Wonderful Indonesia Kementrian Pariwisata ini, memberikan contoh, kini telah muncul digital healthcare apps, sebuah aplikasi yang dapat memuat seluruh data kesehatan manusia tanpa harus memeriksakan diri ke rumah sakit dan bisa digunakan kapan dan di mana saja.  contoh lain yaitu lahirnya dronebrella, kita dapat menggunakan payung tanpa harus memegangnya.  Percepatan era digital ini terjadi karena adanya digital steroid atau digital akselelator, diantaranya; internet, media sosial, smart gadget, teknologi 4G.

Percepatan era digital ini menyebabkan timbulnya Digital Disruption hampir di seluruh bidang.  Disruption bermakna mengubah yang mapan menjadi tidak mapan, pengganggu atau pengacau. Dikaitkan dengan revolusi industri 4.0, digital disruption merupakan hal yang normal (Digital Disruption is the new normal towards Industri 4.0). Disruption merupakan sebuah inovasi menggantikan seluruh sistem lama dengan cara-cara baru, menggantikan teknologi lama yang serba fisik dengan tekologi digital.  Untuk menghadapi Digital Diruption harus ada kolaborasi antara generasi milenial dan generasi tua (older generation).  Hal yang tidak boleh dilupakan dalam mencetak sumber daya manusia menjelang industri 4.0 adalah semua pihak harus mengembangkan empat dimensi kemampuan, yaitu
1) Raga  (sehat)
2) Rasio (pendidikan)
3) Rasa (Seni)
4) Ruh (Karakter), yang terdiri dari integritas, totalitas dan antusias
Ir. Priyantono Rudito, M. Bus., Ph. D.
Menutup materinya yang berjudul "Menyiapkan Sumber Daya Manusia Untuk Menghadapi Industri 4.0 Dengan Mengembangkan Digital Mastery" Bapak Priyantono menyampaikan bahwa untuk menghadapi Industri 4.0 harus disiapkan human capital (SDM), dengan mengembangkan Digital Mastery.  Membangun Digital Mastery ini melalui pendekatan trilogi, yaitu Experiental learning, coaching, unlocking from within.  Merujuk pada Mark Zuckerberg yang mendunia dengan Facebooknya, Larry Page & Sergey Brin penemu Google yang memberikan manfaat untuk banyak orang, menjadikan catatan penting bagi Pak Priyantono, agar upaya menghadapi Industri 4.0 berhasil adalah melakukan sesuatu yang  bertujuan memberikan kemudahan bagi sesama, seperti quote yang beliau sampaikan:

"Hidup Terlalu Berharga Untuk Dilalui Tanpa Karya Besar Bagi Sesama"
(Priyantono Rudito, 2018)

Prof. M. Suyanto, M.M.


Bertindak sebagai pembicara terakhir adalah Prof. M. Suyanto, M.M. Sebagai rektor Universitas AMIKOM, beliau memaparkan strategi-strategi yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa Universitas AMIKOM dalam menghadapi industri 4.0.  Gagasan beliau bahwa pengembangan sumber daya manusia di era industri 4.0 tidak cukup sebagai professional dan sciencetist saja, tapi juga harus dikembangkan kemampuan entrepreneur dan artist, telah diterapkan bagi mahasiswa Universitas AMIKOM.  Hal inilah yang membawa para mahasiswa Universitas AMIKOM memiliki prestasi yang mendunia, salah satu prestasi yang membuat peserta seminar kagum adalah film animasi "The Battle of Surabaya" yang mendapatkan 12 penghargaan tingkat internasional.

SELISIK 2018 membuka mata bahwa Industri 4.0 sudah dimulai, semua pihak harus bersama-sama menyiapkan sumber daya manusia agar siap menjalaninya.  Karakter generasi milenial agar memiliki integritas, totalitas dan antusias perlu mendapatkan dukungan dari old generation yang kaya akan pengalaman.  Menurut Bapak Priyantono, Spiritualitas menjadi hal penting yang harus dibina, terutama cita-cita agar menjadi Rahmatan lil 'Aalamiin (bermanfaat bagi sesama).  Kegiatan ditutup dengan foto bersama seluruh peserta beserta panitia dan pembicara.

Foto Bersama

#MakingIndonesia 4.0
#Selisik2018
#STTBandung







Komentar

  1. Harus siap juga ya kita jadi manusia 4.0

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya benar sekali mba, sebagai guru smp saya jadi bertanya pada diri sendiri, hal apa yang telah dan harus dilakukan saya untuk membantu anak-anak menghadapi era 4.0

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

VCT; PENJAGA TOL LANGIT PENDIDIKAN

WISUDA KE-XIII STTB; ALUMNI SIAP BERSAING DI DALAM TEKNOLOGI INDUSTRI DAN INFORMATIKA