Pejuang Keluarga

Kali kedua sepulang mengajar saya berada di belakangnya. Tampak punggungnya menahan beban kayu bakar. Selembar kain melingkar pada tubuhnya, mengikat potongan-potongan kayu. Kakinya melangkah dengan perlahan, menunjukkan  bahwa tubuhnya tak seimbang menahan berat kayu-kayu itu.

Tak seperti saat pertama kali melihatnya menggendong kayu, sekitar sebulan lalu. Kali ini saya sempat menyapa dan menanyakan beberapa hal sambil menemaninya berjalan.

"Mau kemana Mak?"
"Ini Neng mau pulang."
"Memang rumah Emak di mana?
"Di situ dekat, masuk gang," jawabnya sambil menunjuk sebuah gang.

Obrolan berlanjut, ternyata emak ini berjualan aneka makanan gorengan. Jika bulan Ramadhan tiba, ia bejualan kerupuk mie yang disiram dengan sambal oncom

"Emak kerja untuk membiayai siapa?"
"Ya untuk Emak, anak dan cucu Emak," jawabnya sambil mengusap butiran keringat di keningnya.
"Memang putra Emak berapa?"
"Tujuh," jawabnya pendek.
"Putra-putrinya Sudah berumah tangga Mak?"
"Yang Enam orang sudah berumah tangga, satu orang masih belum menikah."

Tiba-tiba perasaan tak menentu menyergap. Seorang Ibu lanjut usia yang memiliki tujuh orang anak, enam orang diantaranya telah berumah tangga masih harus mendapatkan sejumlah uang, selain untuk dirinya, juga untuk putranya yang telah beranjak dewasa.

Terkadang tanpa disadari, kita, kaum perempuan membuat dikotomi: wanita yang menjalani perannya secara penuh sebagai ibu rumah tangga, dan  wanita yang bekerja di luar. Tak semua perempuan diberikan kemudahan menjemput rizki, tak setiap perempuan bersuamikan pria yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Beruntunglah para perempuan yang mendapatkan kemudahan dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya, bagi mereka sangatlah mudah ketika harus mengambil keputusan: menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya.

Sementara pada perempuan yang benar-benar diharapkan berkontribusi pada pemenuhan kebutuhan keluarga, bekerja di luar rumah menjadi salah satu jalan keluar. Setelah bekerja, tugas-tugas sebagai ibu rumah tangga telah menantinya.  Seringkali para perempuan ini harus menunda keinginan agar dapat segera istirahat melepas lelah.setelah bekerja.  Saat ini lebih banyak jalan bagi perempuan untuk berkarya tanpa harus meninggalkan rumah, sehingga dikotomi tadi sudah kurang tepat.

Perempuan, baik sebagai Ibu Rumah Tangga penuh ataupun wanita yang bekerja baik di luar rumah maupun bekerja di dalam rumah harus memiliki dua hal dasar, yaitu:

1) Self Esteem
    Self esteem berarti tidak minder akan kekurangan yang dimiliki tetapi juga tidak sombong pada          kelebihan yang disandang. Perempuan harus dapat menghargai diri sendiri juga menghargai                orang lain
2) Leadership (Kepemimpinan)
    Kepemimpinan berkaitan erat dengan self esteem. Seorang pemimpin yang handal harus memiliki
    self esteem yang tinggi. Kepemimpinan perempuan sebagai ibu rumah tangga sangat diperlukan.

Self esteem dan kepemimpinan perempuan hanya dapat dibangun melalui pendidikan, pengajaran serta bimbingan yang tepat. Program pemerintah wajib belajar 12 tahun sangat diharapkan cukup memberikan motivasi para perempuan untuk menjadi dasar menumbuhkan self esteem dan kepemimpinan.

Terdapat lima hal yang harus dimiliki perempuan masa kini:
1) Beriman;
    Perempuan sekarang adalah perempuan yang memiliki keseimbangan hidup, baik secara vertikal        kepada Tuhan Yang Maha Esa maupun horizontal dengan sesama manusia.

2) Cerdas;
    Perempuan masa kini adalah perempuan yang mencintai budaya belajar. Baik ilmu pengetahuan
    dan tekologi, keterampilan maupun pengalaman hidup. Konsep belajar sepanjang hayat tidak
    dibatasi oleh usia dan bangku sekolah.

3) Mandiri
    Perempuan masa kini adalah perempuan yang mandiri. Mandiri secara kepribadian maupun secara
    ekonomi. Mandiri secara kepribadian adalah perempuan yang memiliki kepercayaan diri dengan
    konsep diri yang positif, mampu menghadapi berbagai persoalan hidup, tidak mudah menyerah
    dan berupaya mempersembahkan yang terbaik bagi kehidupan. Perempuan yang mandiri secara
    ekonomi adalah perempuan yang dapat mengelola keuangan keluarga dan turut berkontribusi
    dalam pemenuhan kebutuhan pribadi dan keluarganya.

4) Berdaya Guna
    Perempuan masa kini adalah perempuan yang berdaya guna, yang memberikan kemanfaatan baik
    untuk dirinya sendiri, keluarga dan negaranya. Bermanfaat untuk dirinya menjadi unsur pertama
    sebelum memberikan kemanfaatan bagi orang lain.

5) Mencintai Lingkungannya
    Perempuan masa kini adalah perempuan yang mencintai lingkungannya. Caranya, diawali dengan
    kesadaran dan kepedulian diri untuk mewujudkan lingkungan yang bersih, sehat dan nyaman.

Saya yakin, emak penjual gorengan di atas tak mengetahui tentang para pejuang perempuan. Tak pula mengetahui teori-teori menjadi perempuan masa kini. Tapi ia telah menjadi perempuan luar biasa, banyak perempuan hebat di sekitar kita.

Karena cintalah para perempuan berjuang untuk keluarganya.


Selamat Hari Perempuan Sedunia 2018



Foto diambil dari https://kissanak.wordpress.com/2011/05/22/renungkanlah/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

VCT; PENJAGA TOL LANGIT PENDIDIKAN

Seminar Nasional Telekomunikasi dan Informatika SELISIK 2018

WISUDA KE-XIII STTB; ALUMNI SIAP BERSAING DI DALAM TEKNOLOGI INDUSTRI DAN INFORMATIKA